Sabtu, Oktober 20, 2007
Selasa, Oktober 09, 2007
Pituah Mamak untuk Kamanakan
Oleh : Ir. Muhammad Yamin Bagindo Chaniago
Masih teringat aku pituah mamak dikampuang, tatkala aku ingin mencoba merantau ke Palembang, ini adalah pilihan terakhir untuk mengadu nasib, karena sebelumnya ada beberapa pilihan yang harus aku pertimbangkan secara matang, dimana sebulan yang lalu aku telah mencoba untuk melamar menjadi pegawai di Pabrik Semen Indarung, dengan bermodalkan ijazah SMA, harapanku rasanya tipis untuk diterima menjadi pegawai, walaupun aku telah mengikuti test sebanyak dua kali, karena aku tidak mempunyai koneksi di perusahaan itu, inilah yang menjadi kegalauanku sepanjang hari.
Disamping itu aku tidak mau mengangur untuk lebih lama lagi, karena latarbelakang kehidupan kami dikampung dalam keadaan pas-pasan dimana aku sejak kelas satu SD, Ibunda tercinta telah meninggal dunia, dan Ayah kawin lagi setahun kemudian. Kami ada empat kakak beradik tinggal bersama etek. Untuk meringgankan beban etek, kami mencari upah kasawah sampai aku tamat SMA, tidak mungkin rasanya untuk melanjutkan sekolah ketingkat perguruan tinggi, karena biayanya tidak memadai.
Niatku untuk merantau rupanya kedengaran oleh mak’angah, kebetulan ketika bermain kerumahnya, lantas aku dipanggilnya.
“Kamarilah yuang, ado saketek ka den tanyoan” panggil mamak dipalanta
“Iyo Mak “ aku segera menghampirinya dan duduk dihadapannya
“Iyo wa’ang baniat kamarantau ka
“Iyo mak, awaklah mangirim surek kadakek mak’etek di
“Jadilah kalau baitu, mamak satuju sajo dan danga
BASILURUIH, artinyo dalam mengarungi kehidupan ini kito harus jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sekali sajo wa’ang baduto (berbohong) maka kepercayaan orang lain kepada kito akan bakurang dan sirna, sehingga wa’ang tidak dapat diberi tanggungjawab yang lebih untuk memajik sesuatu pekerjaan atau tugas yang memerlukan kejujuran dengan demikian maka cepat atau lambat kareir wa’ang akan hancur, sabananyo baduto kepada orang lain samahalnyo baduto kadiri awak surang, dimana suatu saat kebohongan itu akan muncul dengan sendirinya dalam diri kito yang akan menuntut klarifikasi atau menghantui dengan pikiran yang macam-macam sehingga kita tidak menemukan ketenangan dalam hidup ini, bilamana pekerjaan itu dilakukan dengan kejujuran dan keikhlasan maka wa’ang tidak merasa terbebani baik pikiran maupun kelelahan pada anggota tubuh wa’ang.
BASILUNAK, artinyo awakko harus bersifat fleksibel dapat bergaul dengan siapo sajo indak mamilih namun kito tantunyo mempunyai akhlak yang mulia, hal ini dapat capai apabilo kito mempertahankan Aqidah dan menjalan Ibadah serta mempunyai jati diri yang tangguh dan jelas, tidak menjadi orang yang hanya ikut-ikutan sajo, nan ketek dikasihani, samo gadang diajak bakawan, nan tuo dihormati, jan lupo kato manurun, kato baiyo dan kato naik, Allah SWT berfirman:
“Hai manusia , sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki - laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku - suku supaya kamu saling kenal mengenal . Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu . Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal “. (49:13, Al-Hujurat),
selanjutnyo
BASIKAREH, artinyo dalam menjalankan tugas awakko harus gigiah, rajin sampai selesai dan berhasil dengan penuh tanggung jawab, jangan bermalas-malasan lakukanlah kerjaan itu dengan disiplin dan beraturan. Semangkin banyak tugas dan tanggung jawab wa’ang nan dikarajokan semangkin banyak pulo pengalaman dan ilmu yang wa’ang dapek. Allah SWT telah mengingatkan kepada hambanya di dalam Al-Qur’an”
….Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ….. (13:11, Ar-Ra`d )
BASIBANA, artinyo segalo sesuatu nan dihadok’i harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam kerangko kabanaran, indak ratak dek paneh, indak lapuak dek hujan, indak condong dek angin, tetaplah pada pendirian, kesungguhan dan kebenaran. Jangan berubah-ubah pikiran apo nan sadang ditekuni kalau mau menjadi seorang pegawai bersungguh-sungguhlah, kalau mau menjadi seorang pedagang bersungguh-sungguhlah, karena dibalik kesungguhan wa’ang akan dapek memetik hasihnyo.
Dan nan paliang pantiang adalah jalankan perintah Allah SWT. dan jauhilah segala laranganNya, serta takutlah akan siksaNya, jan sekali-kali wa’ang mancubo-cubo maubah hukum Allah SWT. sebagaimana dijelaskan dalam AlQur’an :
“Mereka itu orang - orang yang kufur terhadap ayat - ayat tuhan mereka dan ( kufur terhadap ) perjumpaan dengan dia , maka hapuslah amalan - amalan mereka , dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi ( amalan ) mereka pada hari kiamat “. (18:105, Al-Kahfi)
“Telah sempurnalah kalimat tuhanmu ( al - quran ) , sebagai kalimat yang benar dan adil . Tidak ada yang dapat merubah - rubah kalimat - kalimat Nya dan dia - lah yang maha mendengar lagi maha mengetahui” (6:115, Al-Anam)
“Hai orang - orang yang beriman , masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya , dan janganlah kamu turut langkah - langkah syaitan . Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” . (2:208, Al-baqarah)
“Sesungguhnya agama ( yang diridhai ) di sisi Allah hanyalah Islam . Tiada berselisih orang - orang yang telah diberi al - kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka , karena kedengkian ( yang ada ) di antara mereka . Barang siapa yang kafir terhadap ayat - ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab - Nya “. (3:19, Ali imran)
“Hai orang - orang yang beriman , bertakwalah kepada Allah sebenar - benar takwa kepada - Nya ; dan janganlah sekali - kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” . (3:102, Ali imran)
Nah itulah pituah mamak jan wa’ang lupo”
“Iyo mak, tarimo kasih dan do’akan ambo mak” kataku, kemudian aku pulang kerumah merenungkan ampek macam BASI, petuah mak’angah buat bekalku nanti dirantau.
Seminggu kemudian cita-cita ku merantau jadi terwujud, dikarenakan dukungan moril dan spirituil sanak famili dikampuang cukup memberikan semangat menjelang keberangkatku.
Perjalanan dari kampung hingga
“Baa pangana wa’ang kini ko, apo mancari karajo dikantua, atau pai jo mak etek mangaleh ka pasa ? kato mak etek
“Ambo, pai jo mak etek sajo mangaleh kapasar” jawab ku
“Jadilah kalau baito, besuak pagi pai kito kapasa” kata mak etek sambil meletakkan cangkir kopinya.
Esok paginya kami sama-sama pergi kepasar, aku harus banyak belajar dalam tata cara berdagang. Dari hari ke hari aku selalu menekuni pekerjaan dengan senang hati dan tak terasa aku sudah delapan tahun bersama mak’etek ikut berdagang.
Alhamdulillah, dek karano pituah mamak akhirnya aku mandiri, berdagang di PS 16 (baca: Pe Es Satu Enam) hingga kini dan aku telah mempunyai seorang istri dan
Minggu, September 30, 2007
Mengenal Syattariah Monday, January 08, 2007
Secara historis, Islam masuk ke Minangkabau pada abad ke-12 M, ada yang menyebutnya abad ke-14 M. Almanak Tiongkok menyebutkan bahwa sudah didapatinya satu kelompok masyarakat Arab di Sumatera bahagian barat pada tahun 674 M, maka dengan demikian Islam telah masuk ke daerah ini sejak tahun 674 Masehi atau abad pertama hijriah.
Naiknya kerajaan Islam Pasai di Aceh dibawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda tahun 1607-1638 M. membawa akibat dikuasainya kerajaan kecil Minangkabau. Perkembangan Islam di Aceh, khususnya paham tasawuf melalui 'Abd al-Rauf al-Sinkili ikut mewarnai pemikiran keagamaan di Minangkabau sejak masa awal. Pengaruh al-Sinkili dalam pengembangan Islam ke Minangkabau diteruskan oleh Burhan al-Din. Syekh Burhan al-Din Ulakan memainkan peran sebagai pengembang Islam melalui tarekat Syathariyah di Minangkabau. Sehingga surau Ulakan cukup termasyhur sebagai satu-satunya pusat keilmuan Islam di Minangkabau.
Pengertian Tarekat
Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah). Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga system, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru. Kepatuhan murid kepada guru dalam tarekat digambarkan murid dihadapan guru laksana mayat di tangan orang yang memandikannya.
Adat Minangkabau
Adat sebagai identitas masyarakat Minangkabau telah menjadi rujukan bagi setiap tingkah laku masyarakatnya. Setiap aktivitas, prakarsa (inisiatif) dan kreatifitas selalu dinilai berdasarkan adat tersebut. Namun demikian, adat Minangkabau te1ah mengalami fase-fase perkembangan sendiri berkenaan dengan perjumpaannya dengan nilai-nilai luar. Pertama adalah fase animisme dan dinamisme. Fase ini berlangsung sebelum abad V M. Kedua adalah fase pengaruh Hindu-Budha, mulai abad VI Masehi sampai abad VII Masehi. Ketiga adalah fase Islam. Adapun raja Minangkabau pertama yang beragama Islam adalah Sultan Alif yang berkuasa pada pertengahan abad ke-16 (1560 M). Pada masa ini, terutama di seputar pesisir, dominasi politik dan ekonomi dikuasai oleh kerajaan Aceh.
Ketika Islam menjadi anutan orang Minangkabau maka tidak sedikit adat Minangkabau yang dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme serta Hindu dan Budha, mendapatkan kritikan dan gugatan dari ajaran Islam. Setelah itu, melalui pergulatan yang terakhir justru Islamlah yang sampai sekarang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, termasuk memberi corak tehadap adat Minangkabau. Perpaduan antara adat dan Islam itu dibuktikan melalui sistim dan struktur adat Minangkabau yang dibuhul dengan pepatah "Adat basandi syara’, Syara’ basandi Kitabullah.”
Tarekat Syathariyah
Tarekat Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M). Tarekat Syaththariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah) dibawa oleh Syekh Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua ulama ini diteruskan oleh Syekh 'Abd al-Rauf al-Sinkili ke nusantara, kemudian dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din ke Minangkabau.
Tarekat Syathariyah sesudah Syekh Burhan al-Din berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu; Pertama. Silsilah yang diterima dari Imam Maulana. Kedua, Silsilah yang dibuat oleh Tuan Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan. Ketiga, Silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali Bakri di Sikabu Ulakan. Keempat; Silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam Kitabnya yang berjudul Syifa' aI-Qulub.
Berdasarkan silsilah seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tarekat Syaththariyah di Minangkabau masih terpelihara kokoh. Untuk mendukung ke1embagaan tarekat, kaum Syathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosial keagamaan Jamaah Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabang dan ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau, bahkan di propinsi - tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnya kelembagaan tarekat Syaththariyah dapat ditemukan wujudnya pada kegiatan bersafar ke makam Syekh Burhan al-Din Ulakan.
Adapaun ajaran tarekat Syaththariyah yang berkembang di Minangkabau sama seperti yang dikembangkan oleh 'Abd al-Rauf al-Sinkili. Masalah pokoknya dapat dikelompokkan pada tiga;
Bahagian Pertama, Ketuhanan dan hubungannya dengan alam. Paham ketuhanan dalam hubungannya dengan alam ini seolah-olah hampir sama dengan paham Wahdat a1- Wujud, dengan pengertian bahwa Tuhan dan alam adalah satu kesatuan atau Tuhan itu immanen dengan alam, bedanya oleh al-Sinkili ini dijelaskannya dengan menekankan pada trancendennya Tuhan dengan alam. la mengungkapkan wujud yang hakiki hanya Allah, sedangkan alam ciptaan-Nya bukan wujud yang hakiki. Bagaimana hubungan Tuhan dengan alam dalam transendennya, al-Sinkili menjelaskan bahwa sebelum Tuhan menciptakan alam raya (al- 'a/am), Dia selalu memikirkan (berta'akul) tentang diri-Nya, yang kemudian mengakibatkan terciptanya Nur Muhammad (cahaya Muhammad). Dari Nur Muhammad itu Tuhan menciptakan pola-pola dasar (a/ 'ayan tsabitah), yaitu potensi dari semua alam raya, yang menjadi sumber dari pola dasar luar (a/-‘ayan alkharijiyah) yaitu ciptaan dalam bentuk konkritnya.
Ajaran tentang ketuhanan al-Sinkili di atas, disadur dan dikembangkan oleh Syekh Burhan al-Din Ulakan seperti yang terdapat dalam kitab Tahqiq. Kajian mengenai ketuhanan yang dimuat dalam kitab Tahqiq dapat disimpulkan pada Iman dan Tauhid. Tauhid dalam pengertian Tauhid syari'at, Tauhid tarekat, dan Tauhid hakekat, yaitu tingkatan penghayatan tauhid yang tinggi.
Bahagian kedua, Insan Kamil atau manusia ideal. Insan kamil lebih mengacu kepada hakikat manusia dan hubungannya dengan penciptanya (Tuhannya). Manusia adalah penampakan cinta Tuhan yang azali kepada esensi-Nya, yang sebenarnya manusia adalah esensi dari esensi-Nya yang tak mungkin disifatkan itu. Oleh karenanya, Adam diciptakan Tuhan dalam bentuk rupa-Nya, mencerminkan segala sifat dan nama-nama-Nya, sehingga "Ia adalah Dia." Manusia adalah kutub yang diedari oleh seluruh alam wujud ini sampat akhirnya. Pada setiap zaman ini ia mempunyai nama yang sesuai dengan pakaiannya. Manusia yang merupakan perwujudannya pada zaman itu, itulah yang lahir dalam rupa-rupa para Nabi--dari Nabi Adam as sampat Nabi Muhammad SAW-- dan para qutub (wali tertinggi pada satu zaman) yang datang sesudah mereka.
Hubungan wujud Tuhan dengan insan kamil bagaikan cermin dengan bayangannya. Pembahasan tentang Insan KamiI ini meliputi tiga masalah pokok: Pertama; Masalah Hati. Kedua Kejadian manusia yang dikenal dengan a’yan kharijiyyah dan a’yan tsabitah. Ketiga; Akhlak, Takhalli, tahalli dan Tajalli.
Bahagian ketiga, jalan kepada Tuhan (Tarekat). Dalam hal ini Tarekat Syaththariyah menekankan pada rekonsiliasi syari'at dan tasawuf, yaitu memadukan tauhid dan zikir. Tauhid itu memiliki empat martabat, yaitu tauhid uluhiyah, tauhid sifat, tauhid zat dan tauhid af'al. Segala martabat itu terhimpun dalam kalimah 1a ilaha ilIa Allah. Oleh karena itu kita hendaklah memesrakan diri dengan La ilaha illa Allah. Begitu juga halnya dengan zikir yang tentunya diperlukan sebagai jalan untuk menemukan pencerahan intuitif (kasyf) guna bertemu dengan Tuhan. Zikir itu dimaksudkan untuk mendapatkan al-mawat al-ikhtiyari (kematian sukarela) atau disebut juga al-mawat al-ma'nawi (kematian ideasional) yang merupakan lawan dari al mawat al-tabi’i (kematian alamiah). Namun tentunya perlu diberikan catatan bahwa ma’rifat yang diperoleh seseorang tidaklah boleh menafikan jalan syari’at.
Tarekat Naqsyabandiyah
Menurut BJO Schrieke dan Martin Van Bruinessen, Naqsyabandiyah masuk ke Nusantara dan Minangkabau pada tahun 1850. Christine Dobbin menyebutkan tarekat Naqsyabandiyah sudah masuk ke Minangkabau sejak abad ke 17, pintu masuknya me1alui daerah Pesisir Pariaman, kemudian terus ke Agam dan Lima Puluh kota. Azyumardi Azra menulis bahwa tarekat Naqsyabandiyah diperkenalkan ke wilayah ini pada paruh pertama abad ketujuh belas oleh Jamal al-Din, seorang Minangkabau yang mula-mula belajar di Pasai sebelum dia melanjukan ke Bayt al-Faqih, Aden, Haramain, Mesir dan India.
Kepopuleran Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau diperkuat oleh ulama Minangkabau yang menuntut ilmu di Mekah dan Medinah lalu mereka kemudian mendapat bai'ah dari Syekh Jabal Qubays di Mekah dan Syekh Muhammad Ridwan di Medinah. Misalnya, Syekh Abdurrahman di Batu Hampar Payakumbuh (w. 1899 M), Syekh Ibrahim Kumpulan Lubuk Sikaping, Syekh Khatib Ali Padang (w. 1936), Syekh Muhammad Sai'd Bonjol.
Ajaran dasar Tarekat Naqsyabandiyah pada umumnya mengacu kepada empat aspek pokok yaitu: syari'at, thariqat, hakikat dan ma'rifat. Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ini pada prinsipnya adalah cara-cara atau jalan yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin merasakan nikmatnya dekat dengan Allah. Ajaran yang nampak kepermukaan dan memiliki tata aturan adalah suluk atau khalwat. Suluk ialah mengasingkan diri dari keramaian atau ke tempat yang terpencil, guna melakukan zikir di bawah bimbingan seorang syekh atau khalifahnya selama waktu 10 hari atau 20 hari dan sempurnanya adalah 40 hari. Tata cara bersuluk ditentukan oleh syekh antara lain; tidak boleh makan daging, ini berlaku setelah melewati masa suluk 20 hari. Begitu juga dilarang bergaul dengan suami atau istri; makan dan minumnya diatur sedemikian rupa, kalau mungkin sesedikit mungkin. Waktu dan semua pikirannya sepenuhnya diarahkan untuk berpikir yang telah ditentukan oleh syekh atau khalifah.
Sebelum suluk ada beberapa tahapan yaitu; Talqin dzikir atau bai'at dzikir, tawajjuh, rabithah, tawassul dan dzikir. Talqin dzikir atau bai'at dzikir dimulai dengan mandi taubat, bertawajjuh dan melakukan rabithah dan tawassul yaitu melakukan kontak (hubungan) dengan guru dengan cara membayangkan wajah guru yang mentalqin (mengajari dzikir) ketika akan memulai dzikir.
Dzikit ada 5 tingkatan, murid belum boleh pindah tingkat tanpa ada izin dari guru. Kelima tingkat itu adalah (a) dzikir ism al-dzat, (b) dzikr al-lata’if, (c) dzikir naïf wa isbat, (d) dzikir wuquf dan ( e) dzikir muraqabah.
Sabtu, September 29, 2007
Petisi penolakan Imam Bonjol menjadi Pahlawan
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Beberapa hari lalu saya kirim email, tapi tidak ada ya diarsip milist
ini (saya baca lewat egroupnya google), apakah milist ini dimoderator
Saya sudah baca arsip soal perang Padri di milist ini. Petisi ini
sudah beredar di beberapa blog. Saya harap agar masyarakat minangkabau
lebih perhatian terhadap petisi ini, mumpung masih kecil.
Adapun isi petisi tersebut adalah :
To: Government of the
Petisi ini mendesak Pemerintah Republik Indonesia untuk membatalkan
pengangkatan Tuanku Imam Bonjol sebagai Pahlawan Perjuangan
Kemerdekaan, dan meluruskan sejarah Kerajaan Islam Minangkabau
Pagarruyung, sejarah tanah Sumatra, dan sejarah Republik Indonesia.
Tuanku Imam Bonjol berkhianat pada Kerajaan Islam Minangkabau
Pagarruyung, membantai keluarga kerajaan, memimpin invasi ke Tanah
Batak yang menewaskan lebih satu juta jiwa, menyerang Kerajaan Batak
Bakkara dan menewaskan Sisingamangaraja X, bertanggung-jawab atas
masuknya Kerajaan Belanda di tanah Sumatera Utara dan Minangkabau.
Latar Belakang:
Tuanku Imam Bonjol, alias Muhammad Shahab, alias Peto Syarif Ibnu
Pandito Bayanuddin, lahir 1722 di Kerajaan Islam Minangkabau
Pagarruyung, meninggal di Pineleng, Minahasa, 6 November 1864.
Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan
dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun
1973, tanggal 6 Nopember 1973.
Pada kenyataannya ditemukan fakta-fakta berikut:
1.Tuanku Imam Bonjol adalah salah satu panglima utama Gerakan Wahabbi
Paderi (1801 - 1838) dibawah Tuanku Nan Renceh, dan kemudian menjadi
pimpinan Gerakan Wahabbi Paderi. Gerakan ini memiliki aliran yang sama
dengan Taliban dan Al-Qaeda, yaitu Wahabbi ekstrim.
2.Gerakan Wahabbi Paderi melakukan pemberontakan bersenjata (1803 -
1838) pada Kerajaan Islam Minangkabau Pagarruyung, dan melakukan
pembantaian kejam atas Sultan Arifin Muning Alam Syah beserta keluarga
dan pembesar Kerajaan dalam perundingan damai pada 1908 di Tanah
Datar.
3.Gerakan Wahabbi Paderi memaksa Pemerintah Kerajaan Minangkabau di
pembuangan, dibawah Sultan Alam Bagagarsyah (lolos dari pembantaian
Paderi 1908) untuk melibatkan Kerajaan Belanda, yang berujung pada
aneksasi Minangkabau kedalam Hindia Belanda (10 Februari 1821).
4.Tuanku Imam Bonjol memperoleh kewenangan dari Tuanku Nan Renceh
untuk memimpin Benteng Bonjol (1808) atas jasanya dalam serangan ke
pusat Kerajaan Islam Minangkabau Pagarruyung di Tanah Datar. Tuanku
Imam Bonjol mendapat mandat untuk menyerang dan menguasai wilayah
Utara Minangkabau.
5.Tuanku Imam Bonjol adalah pimpinan Gerakan Wahabbi Paderi yang
melakukan invasi ke Tanah Batak (1815 - 1820).
6.Invasi ke Tanah Batak menewaskan jutaan orang akibat perang,
penjarahan, kelaparan, dan wabah kolera yang timbul sebagai dampak
invasi. Invasi diwarnai penjarahan, penculikan, pemerkosaan,
perbudakan, dan pembantaian. Invasi menewaskan Sisingamangaraja X,
Raja Bakkara (1819), melemahkan kerajaan tersebut dalam perang di
kemudian hari melawan invasi Kerajaan Belanda.
Sincerely,
The Imam Bonjol Petition to Government of the
was created by and written by Mudy Situmorang (mud...@yahoo.com).
This petition is hosted here at www.PetitionOnline.com as a public
service. There is no endorsement of this petition, express or implied,
by Artifice, Inc. or our sponsors. For technical support please use
our simple Petition Help form.
http://www.petitiononline.com/bonjol/petition.html
Alasan si pembuat petisi ini adalah :
Tuanku Imam Bonjol dan gerakan Wahabi Paderi adalah penganut Wahabi
ekstrim yang menganggap agama Islam lain sebagai kafir, dengan kata
lain dimata Tuanku Imam Bonjol anda juga kafir. Tuanku Imam Bonjol
berkhianat terhadap Kerajaan ISLAM Minangkabau Pagarruyung sehingga
memaksa sisa pejabat Kerajaan Pagarruyung mengundang Belanda masuk.
Serangan ke Tanah Batak sangat melemahkan kerajaan Batak, sehingga
Sisingamangaraja XII tidak dapat bertahan menghadapi Belanda.
Seandainya Paderi tidak menyerang Tanah Batak, niscaya ada harapan
Sisingamangaraja XII dapat bertahan dari serangan Belanda, setidaknya
bertahan lebih lama hingga Jepang datang.
Jadi memang Belanda begitu mudah menguasai Sumatra Utara karena
gerakan pengkhianat Wahabi Paderi ini.
Silahkan memberi pertanyaan jika kurang jelas. Kalau sudah jelas mohon
ikut menandatangani petisi, dan menyebarkannya ke rekan-rekan.
Regards,
Mudy Situmorang
dan ...
Dimulai dari heboh buku "Tuanku Rao", karya Mangaradja Onggang
Parlindungan (keturunan Tuanku Lelo), terbit tahun 1964. Buku itu
dibantah oleh Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka), dengan buku "Antara
fakta dan khayal tuanku rao", tahun 1970. Sejak itu menjadi polemik
besar hingga hari ini.
Tetapi yang menjadi polemik adalah bahwa buku "Tuanku Rao" dipandang
menyudutkan agama. Fakta sejarah mengenai Gerakan Wahabi Paderi tidak
menjadi polemik, dapat dikonfirmasi sampai ke sejarah Arab Saudi
(pendirian dinasti Saud). Pembantaian keluarga Sultan Pagarruyung pada
perundingan damai 1908 juga fakta sejarah yang dapat dikonfirmasi ke
masyarakat Minangkabau. Demikian pula invasi barbar Gerakan Wahabi
Paderi ke Tanah Batak banyak diperoleh dari sumber-sumber Batak (yang
terkenal dengan tingki ni pidari).
Berikut beberapa sumber:
http://paramadina.wordpress.com/2007/06/20/wahabisme-di-indonesia/
http://tuanku-rao.blogspot.com/2007/06/daftar-angka-angka-tahunan-sej...
http://www.mail-archive.com/pala...@minang.rantaunet.org/msg17404.html
Jangan lupa ajak teman-teman sign petition-nya ya.... kalau anda
berubah pikiran.
Regards,
Mudy Situmorang
Wassalamu'alaikum wr. w.b
Rabu, September 26, 2007
Tanggapan Sanak Saflis
Assalamua’alaikum, sanak Saflis
Saya setuju bahwa kita mulai dari diri sendiri, dan saya komitment tentang ajaran Islam dalam kehidupan saya sehari-hari, baik dalam keluarga sendiri maupun keluarga besar saya, antara lain .
- Nabi Muhammad saw, adalah suriteladan kami yang utama
- Kami, 4 bersaudara telah menetrapkan kepada anak-anak kami garis keturunan diambil dari bapak.
- Pembagian warisan sesuai dengan Ajaran Islam
- Pernikahan sesuku diperbolehkan, karena tidak termasuk yang dilarang dalam ajaran Islam.
Boleh-boleh saja kami dikatakan tidak beradat, tapi kami lai baragama Islam.
Saya sangat prihatin dan terasa sia-sia akan perjuangan Imam Bonjol, dimana beliau berjuang dengan fisabilillah, dan boleh saya katakan bahwa Imam Bonjol adalah salah satu pelopor dalam penegakan Syariat Islam di Minangkabau, mengapa di Minangkabau tidak menetrapkan Syariat Islam seperti di Aceh.
Kalau menurut sanak yang bermasalah itu adalah “budaya”itu benar , sebab menurut saya ini akibat dari pada kerapuhanan adat (adat mbalelo) yang tidak sinkron dengan Syara’ Syara’ basandi Kitabullah, dengan demikian budaya Minangkabau tidak adak ada Filterisasi terhadap Islam, saya melihat adat Minangkabau menganut faham sekuler.
Lebih baik kita membenahi sendiri dari pada kita dibenahi orang lain. Hal ini saya sampaikan karena kecintaan saya kepada Minangkabau, dengan upaya “watawa saubil haq – watawa saubil sab”
Wassalam, Pandu Pranawijaya
Email buat Bapak Dr. Saafroedin Bahar
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Kepada Yth,
Bapak Dr.Saafroedin BAHAR
Bertambah banyak pengetahuan saya, setelah membaca beberapa tulisan Bapak yang di ada Internet, mengenai permasalahan Adat di Minangkabau.Saya membaca diskusi dan pertanyaan tentang adat minangkabau, kebanyakan yang timbul adalah persoalan klasik, yang berlayar berputar-putar atau berkelok-kelok ditepian sungai yang deras dan hanyut sebegitu saja, sehingga tidak menemukan muara yang sebenarnya, untuk mencari penyelesian yang tuntas dan pasti.
Sudah lama rasanya saya memendam hasrat untuk menyampaikan polemik yang ada pada diri saya, mudah-mudah Bapak lah tempatnya yang dapat menerima buah pikiran saya selama ini tersimpan, entah kemana ingin saya sampaikan.
- Perjuangan Imam Bonjol belum selesai, terasa tersia-siakan begitu saja, yang hanya dapat memberikan traktat Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah, namun implementasinya hanya sebatas Ibadah saja, Al-Quran dan Sunnah, secara menyeluruh belum menjadi way of life bagi masyarakat Minang, untuk menghantarkan keselamatan dan kebahagian Dunia dan Akhirat. Adat Minangkabau yang ada selama ini saya fahami, adalah faham Islam Sekuler, padahal Allah SWT. telah berfirman :
“Mereka itu orang - orang yang kufur terhadap ayat - ayat tuhan mereka dan ( kufur terhadap ) perjumpaan dengan dia , maka hapuslah amalan - amalan mereka , dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi ( amalan ) mereka pada hari kiamat” . (18:105, Al-Kahfi)
“Hai orang - orang yang beriman , masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya , dan janganlah kamu turut langkah - langkah syaitan . Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” . (2:208, al-baqarah)
“Sesungguhnya agama ( yang diridhai ) di sisi Allah hanyalah Islam . Tiada berselisih orang - orang yang telah diberi al - kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka , karena kedengkian ( yang ada ) di antara mereka . Barang siapa yang kafir terhadap ayat - ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab - Nya “. (3:19, ali imran)
“Hai orang - orang yang beriman , bertakwalah kepada Allah sebenar - benar takwa kepada - Nya ; dan janganlah sekali - kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” . (3:102, ali imran)
- Pergerakan dakwah Islam di Sumatera Barat mengalami sesuatu kemunduran, yang ditandai dengan maraknya kemasiatan dan pemurtadan serta bencana. Hal ini merupakan konsekwensi logis yang telah diterima bagi masyarakat minang, dimana dakwah bukan lagi diterima menjadi pelajaran dan himbauan, tapi hanya sebuah dagelan untuk mempertahankan eksistensi diri sebagai orang Islam. Seorang Mubaliq tidak dapat menyampaikan ajaran Islam secara mendetail di hadapan masyarakat karena ini sebuah dilema klasik, bagaikan makan buah simalakama.
Masyarakat minang masih mengunakan paradigma lama yaitu mempelajari adat terlebih dahulu baru kemudian mempelajari Syara dan terakhir mempelajari Kitabullah dilakukan secara parsial, dan inilah yang harus di rubah menjadi paradigma baru yaitu pelajari Kitabullah dan pahami kedalam Syara serta amalkan dalam Adat.
Saya pernah berdialog dengan seorang ulama di kampung yang menurut saya dia konsekwen dalam memberikan ajaran Islam, baik pada Kotbah Jum’at ataupun ceramah agama dan saya menanyakan kepadanya :” Sejauh mana Actualisasi Implementasi Adat basandi syara’ syara basandi Kitabullah dikampung kita ini ? dengan uraian jawaban itu, ketika kami mengadakan pulang kampung basamo tahun 2001, kami mengadakan seminar dengan tema “ Evaluasi Actualisasi ABS SBK” dengan mengundang tokoh ‘tiga tunggu sajarangan’ termasuk pemuda, dari penyampaian makalah dan diskusi panjang, alhasil dan sangat memperhatikan bahwa seluruh rangkaian seminar ini, diterima pada tahap wacana saja, dan kami mengurut dada mengucapkan Astagfirullah…….
Dalam hal ini, saya ingin mencoba menyampaikan usul kepada Bapak, yaitu : Sebagai solusi utama adalah dicanangkannya penegakan dan menjalankan Syariah Islam untuk dijadikan suatu intitusi pada pemerintahan Sumatera Barat, dalam pengembanan ABS SBK, sebagai penerus dari cita-cita perjuangan Imam Bonjol.
Demikian saya sampaikan lebih kurang saya mohon maaf dan ke Allah SWT. saya mohon ampun. Dan saya mohon tanggapan Bapak, sebelum dan dan sesudah saya ucapkan terima kasih.
Wassalam, WR. WB.
Pandu Pranawijaya
Waalaikumsalam w.w. Ananda Pretty Alchani,
Tidak ada yang perlu saya tambahkan atau saya kurangkan dari pandangan Ananda ini, karena memang demikianlah adanya. Rasanya secara konseptual saya sudah habis-habisan berusaha agar ABS SBK tersebut ditindaklanjuti secara konsisten. Saya persilakan Ananda melihat di website saya www.saafroedinbahar.grahacitra.com untuk melihat apa fikiran saya dan lihatlah juga di RantauNet polemik saya dengan dua orang pemangku adat, yaitu Dt Endang Pahlawan, serta Azmi Dt Bagindo. Paling akhir bacalah makalah Bachtiar Abba Dt Rajo Suleman SH MH dan makalah Dra Rahimah Rahim MA.
Ada dua pandangan mengenai ABS SBK ini yang rasanya tidak mungkin dipersatukan lagi, sehingga akhirnya saya menyarankan dibuat dua mazhab ABS SBK ini, yang untuk sementara saya namakan ABS SBK Mazhab Ranah atau Mazhab Klasik, dan ABS SBK Mazhab Rantau, atau namakanlah Mazhab Modern, atau apalah. Biar keduanya berlomba dalam kebaikan, 'fastabiqull khairaat'.
Yang perlu dilakukan sekarang adalah mengkonsolidasi pendukung ABS SBK Mazhab Rantau atau Mazhab Modern. Tidak semua datuk setuju dengan tafsiran adat menurut Bachtiar Abna dan Dt Endang tersebut, misalnya Hasan Basri Durin Dt Rangkayo Basa nan Kuniang sangat vokal menunjukkan kekurangan adat Minangkabau ini.
Saya belum tahu sampai berapa jauh keinginan Ananda untuk menyelesaikan perjuangan Tuanku Imam Bonjol ini. Kalau memang sungguh-sungguh, carilah teman sefaham, rumuskan wawasan Ananda, dan tampillah menyuarakan wawasan Ananda itu. Jika Ananda perlukan dengan senang hati saya bersedia memberi masukan. Se.lain itu, saya bisa memfasilitasi Ananda untuk tampil di TVRI Padang, karena pimpinannya Drs Purnama Suwardi sudah lama ingin agar masalah ABS SBK ini dibahas oleh yang muda-muda.
Saya menunggu khabar dari Ananda.
Wassalam,
Saafrioedin Bahar
Pituah Mamak untuk Kemenakan
Oleh : Pandu Pranawijaya
Masih teringat aku pituah mamak dikampuang, tatkala aku ingin mencoba merantau ke Palembang, ini adalah pilihan terakhir untuk mengadu nasib, jadilah dengan bermodalkan ijazah SMA walaupun aku dapatkan dalam keadaan pas-pasan dimana aku sejak kelas satu SD, Ibunda tercinta telah meninggal dunia, dan Ayah kawin lagi setahun kemudian. Kami ada empat kakak beradik tinggal bersama etek. Untuk meringgankan beban etek, kami mencari upah kasawah sampai aku tamat SMA, tidak mungkin rasanya untuk melanjutkan sekolah ketingkat perguruan tinggi, karena biayanya tidak memadai.
Niatku untuk merantau rupanya kedengaran oleh mak angah, kebetulan ketika bermain kerumahnya, lantas aku dipanggilnya.
“Kamarilah yuang, ado saketek ka den tanyoan” panggil mamak dipalanta
“Iyo Mak “ aku segera menghampirinya dan duduk dihadapannya
“Iyo wa’ang baniat kamarantau ka
“Iyo mak, awaklah mangirim surek kadakek mak etek di
“Jadilah kalau baito, mamak satuju sajo dan danga kan petuah mamak ko yang harus wa’ang pakai, mudah-mudahan selamait dan dan sukses wa’ang dirantau, mamak hanyo mambarikan tigo macam basi yaitu partamo basi lurus, kaduo basi lunak dan katigo basi kareh. Nah itulah pituah mamak jan wa’ang lupo”
“Iyo mak, tarimo kasih dan do’akan ambo mak” kataku, kemudian aku pulang kerumah merenungkan tigo macam petuah mak angah buat bekalku nanti dirantau.
Seminggu kemudian cita-cita ku merantau jadi terwujud, dikarenakan dukungan moril dan spirituil sanak famili dikampuang cukup memberikan semangat menjelang keberangkatku.
Perjalanan dari kampung hingga
Setibanya aku diPalembang, aku disambut dengan senang hati dan menurutku keluarga mak etek sangat ramah dan penghidupannya cukup lumayan bila dibandingkan dikampung.
Satu minggu kemudian mak etek, mananyakan sesuatu:
“Baa pangana wa’ang kini ko, apo mancari karajo dikantua, atau pai jo mak etek mangaleh ka pasa ? kato mak etek
“Ambo, pai jo mak etek sajo mangaleh kapasar” jawab ku
“Jadilah kalau baito, besuak pagi pai kito kapasa” kata mak etek sambil meletakkan cangkir kopinya, dan mak etek melanjutkan pembicaraan :
“Lai wa’ang basuo jo mak angah” lai mak “ jawabku
“
“
“Jadilah kalau baitu, tapi paralu juo ditambah ciyek basi lai “ kato mak etek
“
“Yaitu basi bana “ kato mak etek.
“Iyo mak, petaruah mamak akan ambo turuikkan” jawab ku
Esok paginya kami sama-sama pergi kepasar.
Posting : Cimbuak.net
Tanggal 10 September 2007